Langsung ke konten utama

Don’t Open Your Mouth When ….



01. In the heat of anger
Jika panas sudah sampai di ubun-ubun, hati kita sudah panas mendidih, tentu Anda setuju siapa pun dan sepandai-pandainya orang me”manage” hati, pasti kecenderungan kalimat yang kontraproduktif bahkan destruktif akan terlontarkan.
02. When you don’t have all the facts and you haven’t verified the story .
Check and recheck mungkin itu singkatnya. Acapkali kita sudah memperbincangkan bahkan telah membroadcast kemana-mana, padahal kevalidan berita atau cerita belum ada.
03. If you can’t say it without screaming it.
Saya pernah mendapat pertanyaan dari mentor rohani saya begini, “Mengapa jika dua orang bertengkar, maka volume suara akan begitu keras, bahkan sampai berteriak-teriak?” Jawabannnya adalah karena secara fisik ke dua orang itu berdekatan, tapi jiwa ke dua orang itu berjauhan sehingga dalam menyampaikan sesuatu , satuan “decibel” suara akan berlipat agar sampai kepada lawan bicara. Biasanya naiknya emosi berbanding lurus dengan volume suara.
04. If you would be ashamed of your words later or you may eat your words later
Istilah yang umum dipakai adalah “menjilat ludah sendiri”. Lebih baik tidak berkata apa-apa dari pada kita sendiri yang malu di kemudian hari. Atau pepatah “mulutmu harimaumu” juga tepat dikaitkan dengan point ini.
05. If your words will damage a friendship
Tidak jarang pertemanan atau relationship lainnya yang sudah dibangun dengan susah payah seringkali ternodai karena kita tidak mampu mengendalikan kata kata yang keluar dari mulut kita.
06. If your words will damage someone else’s reputation
Biasanya diawali dengan “bisik bisik” menceritakan kejelekan atau aib orang lain, lama-kelamaaan reputasi orang lain akan tercoret dengan tinta merah. Berawal dari bisik-bisik, secara sistemik akan mampu merusak reputasi seseorang. Bukankah ini berarti secara sistemik pula kita menghancurkan hidup orang lain?
Ada pepatah yang mengatakan: “Pikiran hebat membicarakan ide, pikiran biasa membicarakan kejadian, pikiran bodoh membicarakan orang.” Tentu membicarakan orang di sini dalam konotasi membicarakan kejelekan atau aib orang. Apakah kita memilih untuk berpikiran bodoh?
07. It is time to listen
Ada waktu untuk berbicara, ada waktu untuk mendengar. Mengapa Tuhan menciptakan kita dengan dua telinga dan satu mulut, agar kita ingat bahwa kita perlu cepat mendengar dan lebih lambat untuk berbicara.
Jadi, jika saat kita membuka mulut, malah membuat panas suasana, mendemotivasi, tidak jelas kebenarannya atau membuat perpecahan, adalah lebih bijak jika kita berdiam diri.[eae]


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profile Tokoh (Eko Pratomo Suyatno) : Ayah Berhati Malaikat

  Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini. Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!! Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak. Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun,

Berlapang Dada - Sekuat Karang

  Aku tidak boleh menangisi nasibku yang bersuamikan siapa. Ini pilihanku sendiri. Kalaupun pilihanku ini membuat hidupku susah dan hidup sengsara lagi seperti apa yang dialami orangtuaku dulu, semoga Alah kuatkan pundakku. Aku tak boleh meratapi apa yang terjadi padaku kemarin, saat ini ataupun yang terjadi di masa depan meski itu akan terasa pahit dan menyedihkan dijalani. Menangis hanya akan membuatku tidak berani menerima kenyataan dan takut unntuk melangkah maju meninggalkan beban yang ada di pundaku saat ini. Kalaupun aku melangkah untuk melepaskan beban di pundak yang nantinya hanya untuk berganti dengan beban lain yang mungkin lebih berat, berharap saja agar beban itu akan dibuatNya lebih ringan untuk dijalani. Allah, aku tak ingin menyesali keputusanku. Tuntun aku dan kuatkan aku untuk menjalani hari-hari esok sebagai seorang anak, seorang istri dan juga seorang ibu bagi anakku. Aku pasrahkan masa depan anak dan keluargaku padaMu Ya Allah. KepadaMu aku berserah.

cord d'bagindas empat mata

Empat Mata d'Bagindas [intro] E B C#m A 3x E B Biarkanlah diri ini C#m A Untuk mencoba mendekatimu E B Mendekati indahnya dirimu C#m A Dirimu yang hadir di mimpiku [int] E B C#m A E B Berikanlah aku waktu C#m A Dan keadaan yang engkau mampu E B Empat mata yang ku mau C#m A B Untuk katakan cinta padamu F#m B Hati ini takkan bisa F#m B Lebih lama tuk memendam rasa [chorus] A E Empat mata bicara padamu C#m B Ku katakan aku cinta kamu A E Empat mata ku ingin bertemu C#m B Tuk ungkapkan isi di hatiku E B Berikanlah aku waktu C#m A Dan keadaan yang engkau mampu E B Empat mata yang ku mau C#m A B Untuk katakan cinta padamu F#m B Hati ini takkan bisa F#m B Lebih lama tuk memendam rasa [chorus] A E Empat mata bicara padamu