Langsung ke konten utama

DBD

sudah seminggu lebih aku sakit, ini hari ke 7 klo ga salah setelah senin yang lalu aku masuk UGD  karena dbd.
huh smwa org ribut sendiri, yang sakit aku yang bingung temen,orang tua, saudara, guru, wes semuanya yang kenal aku.hahahaha......
 Tapi aku seneng, ternyata banyak banget yang merhatiin aku.ternyata aku masih berharga bagi orang2 disekitarku.
Ni aku ceritain gimana pengalamanku sakit DBD.............
Hari Senin,12 September 2011 . seperti biasa aku masuk sekolah berseragam putih2 dan siap berangkat ke sekolah pagi2 banget tau kan stemba kayak gmn?apalagi ad yang namanya Pak Im**** (hahaha..., harus saya mention asma panjenengan "kata temen2 horor.....".hahaha just kid pak)
:)
dan hari ini aku dapet dispen untuk lomba debat bahasa Indonesia bareng anak2 debat yang lain (Halim, Rudi, Utari, Norma, Fathur) dibawah ampuan guru bahasa Indonesia Bu Sari, Bu Darti, Bu Kismi, Pak Budi dan tak ketinggalan Guru Bahasa Inggrisku yang paling keren SE-STEMBA Mr.Charna dan guru paling pinter ng-les Pak Wirawan.
Pagi , kita masih latihan dengan 15 eh tepatnya 14 soalnya ada satu nomor yang hilang ga tau diambil siapa.tapi aku masih tak berkata apapun seperti orang marah padahal aku merasa ga' enak badan, tapi aku ga ngomong sama syapapun.
Siangnya, ada sedikit masalah antara aku dan anak2 debat. mungkin keasalahan ada padaku, kenapa aku ga mau makan bareng mreka?COz  aku ga nafsu makan, eh dikira aku marah ma mereka.huhft sebel
:(
YAudahlah gpp, biar aku tetep diem aja, daripada tambah masalah, setelah itu aku masih saja di masjid setelah sholat dzuhur, eh aku lihat badanku udah mereah2 semua. IH, klo inget kata Aulia "ih,kog ngrisen-ngriseni sih ghan.jangan deket2 ah sama aku." (gapapa dia temen baikku, aku ga pernah bisa marah sama dia) " Ih, kamu kog gitu sih say?hahaha...", timpalku.
Setelah aku rasa aku sudah tenang aku kembali ke Perpus , basecamnya anak debat sebelum jam 2. soalnya setelah jam 2 udah ditutup tu perpus ayang uademmmm banget.
kita pindah ke serambi masjid Al Adab, tapi aku minta Norma nganterin aku ke ruang guru MPDU.bwt ketemu bu Sari, eh aku dipergokin kakiku merah2. udah deh seruangan gempar ga karuan, Pak Hamid, dan guru2 yang lain yang ga aku tahu namanya.bilang haduh itu db tu nok.
Bu Sari dengan gegasnya Dan gayanya yang khas, "sek aku tak bilang pak Imawan, kamu ke dokter ya.biar nanti diantar pak Im.", katanya.
"Oh tidak,Pak Im .?kaget aku, orang dengar namanya aja udah horor gitu.apalagi  nanti dibonceng?haduh udahlah terserah bu ,aku lemes, lemes bukan krn db.tapi krn denger namanya pak Im".
:(
Setelah itu seharian aku di ruang ugd , diperiksa, trus tes lab, trus nunggu hasil berjam2 sendirian, akhirnya Bu Nety, Pak Im , dan Pak Rasno dateng....deteng...dereng,,,,,terus aku ga mau mondok, akhirnya pulang dijemput pakde dan bude mpong. tapi ga cuma krn aku ga mau mondok sih, krn trombositku masih aman 160 (10 ml diatas batas, hahaha), aku pulang ke rumah pucang.
Disambung bsuk lagi ya...byebye
.................................................................................................................................................................





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profile Tokoh (Eko Pratomo Suyatno) : Ayah Berhati Malaikat

  Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini? Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini. Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!! Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak. Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun,

Berlapang Dada - Sekuat Karang

  Aku tidak boleh menangisi nasibku yang bersuamikan siapa. Ini pilihanku sendiri. Kalaupun pilihanku ini membuat hidupku susah dan hidup sengsara lagi seperti apa yang dialami orangtuaku dulu, semoga Alah kuatkan pundakku. Aku tak boleh meratapi apa yang terjadi padaku kemarin, saat ini ataupun yang terjadi di masa depan meski itu akan terasa pahit dan menyedihkan dijalani. Menangis hanya akan membuatku tidak berani menerima kenyataan dan takut unntuk melangkah maju meninggalkan beban yang ada di pundaku saat ini. Kalaupun aku melangkah untuk melepaskan beban di pundak yang nantinya hanya untuk berganti dengan beban lain yang mungkin lebih berat, berharap saja agar beban itu akan dibuatNya lebih ringan untuk dijalani. Allah, aku tak ingin menyesali keputusanku. Tuntun aku dan kuatkan aku untuk menjalani hari-hari esok sebagai seorang anak, seorang istri dan juga seorang ibu bagi anakku. Aku pasrahkan masa depan anak dan keluargaku padaMu Ya Allah. KepadaMu aku berserah.

cord d'bagindas empat mata

Empat Mata d'Bagindas [intro] E B C#m A 3x E B Biarkanlah diri ini C#m A Untuk mencoba mendekatimu E B Mendekati indahnya dirimu C#m A Dirimu yang hadir di mimpiku [int] E B C#m A E B Berikanlah aku waktu C#m A Dan keadaan yang engkau mampu E B Empat mata yang ku mau C#m A B Untuk katakan cinta padamu F#m B Hati ini takkan bisa F#m B Lebih lama tuk memendam rasa [chorus] A E Empat mata bicara padamu C#m B Ku katakan aku cinta kamu A E Empat mata ku ingin bertemu C#m B Tuk ungkapkan isi di hatiku E B Berikanlah aku waktu C#m A Dan keadaan yang engkau mampu E B Empat mata yang ku mau C#m A B Untuk katakan cinta padamu F#m B Hati ini takkan bisa F#m B Lebih lama tuk memendam rasa [chorus] A E Empat mata bicara padamu